6 Fakta Menarik Blora, Kota Kayu Jati yang Jadi Incaran Arkeolog merupakan kabupaten di Provinsi JawaTengah. Kabupaten ini berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Timur. Pada bagian timur Kabupaten Blora, terdapat wilayah Blok Cepu, yang merupakan daerah penghasil minyak bumi paling utama di Pulau Jawa.
Luas wilayah Kabupaten Blora yakni 1.820,59 km persegi. Setengah dari wilayah kabupaten ini adalah kawasan hutan. Pada 2020, total populasi kabupaten ini sebanyak 884.333 jiwa.
Selain itu, masih banyak hal-hal menarik lainnya tentang Blora.
Berikut enam fakta menarik Kabupaten Blora yang dirangkum dari berbagai sumber.
1. Asal-usul Blora
Berdasarkan cerita rakyat, kata Blora berasal dari kata ‘belor’ yang artinya ‘lumpur’. Blora berasal dari gabungan kata ‘wai’ dan ‘lorah’. Wai artinya ‘air’, sementara lorah artinya ‘jurang atau tanah rendah’.
Dalam bahasa Jawa kerap terjadi pergantian huruf W dengan huruf B, tanpa menyebabkan perubahan arti katanya. Jadi, seiring dengan perkembangan zaman kata wailorah tersebut menjadi bailorah.
2. Penghasil Kayu Jati
Mengingat separuh wilayahnya adalah hutan, khususnya hutan jati, menjadikan kabupaten ini sebagai penghasil kayu jati terbesar se-pulau Jawa. Kabupaten ini juga menjadi salah satu penghasil kayu jati berkualitas tinggi di Indonesia, bahkan mancanegara.
Salah satu sentra kerajinan kayu jati ada di Kecamatan Jepon.
Kerajinan yang khas adalah gembol atau akar pohon jati yang di buat menjadi berbagai jenis mebel seperti kursi, meja, dan lainnya.
3. Kota Satai
Blora mendapatkan julukan kota satai berkat kuliner satainya yang khas. Perbedaan antara satai khas Blora dengan sate lainnya yang mencolok terletak pada penyajiannya yang menggunakan pincuk atau wadah dari daun jati. Kabupaten Blora juga pernah memecahkan rekor MURI dengan aksi 7.000 orang makan satai bersama dengan menggunakan pincuk daun jati.
Uniknya, saat makan satai ini jangan membuang tusuknya.
Pasalnya tusuk satai itu sebagai bukti berapa jumlah satai yang telah dimakan. Nantinya penjual akan menghitung total pembayaran dari tusuk satai tersebut.
4. Incaran Arkeolog
Sejumlah arkeolog menemukan fosil-fosil manusia purba di tepi Bengawan Solo di Blora Salah satunya di temukan fosil manusia purba yang terakhir yakni Homo Soloensis di Ngandong Kecamatan Kradenan.
Di kecamatan tersebut juga ditemukan fosil Kepala kerbau purba, kura-kura purba, dan Gajah Purba.
Umur fosil di perkirakan antara 200.000-300.000 tahun. Fosil-fosil itu, kini dapat di lihat di Museum Mahameru.
5. Barongan
Kesenian Barongan merupakan kesenian khas Jawa Tengah. Dari beberapa daerah di Jateng, Kabupaten Blora memiliki kuantitas kesenian barongan terbesar.
Kabupaten ini bahkan juga di juluki Kota Barongan.
kesenian ini amat populer di kalangan masyarakat Blora.
sendiri adalah suatu perlengkapan yang di buat menyerupai Singo Barong atau Singa besar sebagai penguasa hutan angker dan sangat buas.
Di dalam kesenian Barongan ini tercermin sifat-sifat kerakyatan masyarakat Blora, yakni spontanitas, kekeluargaan, kesederhanaan, kasar, keras, kompak, dan keberanian yang dilandasi kebenaran.
6. Tradisi Sedekah Bumi
Blora memiliki tradisi yang terjaga hingga kini yakni tradisi sedekah bumi atau yang mereka sebut Gadeso.
Tradisi tersebut merupakan wujud rasa syukur masyarakat Blora atas hasil panen yang melimpah.
Mereka merayakannya dengan membuat nasi tumpeng dan jajanan tradisional.
Makanan tersebut kemudian di doakan dan di makan secara ramai-ramai oleh masyarakat yang merayakan acara tersebut. uniknya yang membedakan sedekah bumi di sini dan di tempat lainnya yakni ritual membasuh muka.
Mereka percaya membasuh muka di sendang (Kolam atau sumber air) desa saat di laksanakan tradisi ini, dapat membuat wajah tampak selalu awet muda.