6 Fakta Lebak Merupakan Rumah Suku Baduy

ISTANAGOALLOUNGE 6 Fakta Lebak Merupakan Rumah Suku Baduy Berlokasi di Provinsi Banten, Kabupaten Lebak tepatnya berbatasan dengan Kabupaten Serang dan Tangerang di sebelah utara, serta Kabupaten Bogor dan Sukabumi di sebelah timur. Ibu kota kabupatennya adalah Rangkasbitung.

Wilayah ini tercatat serluas 304.472 hektare dengan kecamatan terluas berada di Kecamatan Cibeber. Berbicara tentang kabupaten yang terdiri dari 28 kecamatan ini memang tidak lengkap tanpa menyinggung suku Baduy.

Namun, Lebak nyatanya juga menyimpan kekayaan alam, seperti pertambangan, perkebunan, pertanian, dan perikanan. Potensi perikanannya berada di sepanjang 75 kilometer (km) bibir pantai, dari Muara Binuangeun hingga Cibareno.

Terbentuknya kabupaten ini tidak lepas dari sejarah Kesultanan Banten. Secara singkat, kabupaten ini awalnya termasuk wilayah keresidenan Banten berdasarkan Surat Keputusan Komisaris Jenderal Nomor 1, Staatsblad Nomor 81 tahun 1828. Hari jadi Kabupaten Lebak jatuh pada tanggal 2 Desember 1828.

Selain yang telah di sebutkan di atas, Lebak masih menyimpan sederet fakta menarik lainnya. Berikut beberapa di antaranya seperti di lansir dari berbagai sumber, Selasa, 10 Agustus 2021.

BACA JUGA

1. Rumah dari Suku Baduy

Suku Baduy Dalam bermukim di Cikeusik, Cikertawarna, dan Cibeo. Komunitasnya identik dengan pakaian dan ikat kepala berwarna putih. Sementara Suku Baduy Luar tinggal di luar tiga wilayah tempat tinggal Suku Baduy Dalam. Ciri khas Suku Baduy Luar, yaitu pakaian hitam dan ikat kepala berwarna biru.

Suku ini termasuk yang masih memegang teguh adat secara turun-temurun. Mereka hidup dengan alam yang masih asri dengan hukum adat yang sangat kuat. Secara pemerintahan, suku Baduy menganut dua sistem, yaitu sistem pemerintahan formal dan informal.

Sistem pemerintahan formal merupakan yang berlaku secara nasional, sedangkan sistem pemerintahan informal adalah aturan adat. Sistem pemerintahan adat di pimpin kepala yang di sebut Puun yang di bantu delapan Jaro dengan tugas dan fungsinya masing-masing.

2. Makanan Khas

Seperti daerah lain, Kabupaten Lebak punya makanan bercita rasa khas. Salah satunya adalah Angeun Lada. Sajian yang juga di kenal dengan sayur lada ini biasanya berisi campuran daging kerbau atau sapi dengan daun walang sebagai bumbu.

Ini merupakan menu wajib dalam hari-hari besar, seperti Lebaran dan acara kumpul keluarga. Cita rasa dari hidangan ini cenderung gurih bercampur rasa pedas.

3. Seni Motif Batik

Batik lebak ini memiliki 12 motif yang masing-masingnya mengemban makna tertentu. Motif-motifnya adalah Seren Taun, Sawarna, Sakojor, Pare Sapocong, Kahuripan Baduy, Leuit Sijimat, Rangkasbitung, Caruluk Saruntuy, Lebak Bertauhid, Lebak Angklung Buhun, Kalimaya, dan Sadulur.

4. Peninggalan Era Megalitikum

Kabupaten Lebak punya peninggalan zaman megalitikum, yaitu situs punden berundak di Lebak Cibedug, Kecamatan Cibeber. Ini berupa punden berundak yang terdiri dari enam teras. Selain itu, terdapat pula beberapa altar dan batu berdiri.

Situs punden berundak ini terdiri dari tiga area yang akan semakin meninggi ke arah barat. Untuk memasuki area ini, pengunjung dapat menggunakan tangga dari susunan batu andesit dan bongkahan batu lempung sebanyak 33 anak tangga. 

Dulu, situs ini di gunakan sebagai tempat peribadatan pada roh nenek moyang. Masyarakat pada zaman tersebut percaya bahwa roh nenek moyang bersemayam di tempat yang tinggi. Maka itu, manusia membangun situs ini sebagai citra dari tempat tinggi.

5. Destinasi Pantai Populer

Pantai Ciantir Sawarna terletak di Desa Sawarna, Kecamatan Bayah. Keunikan destinasi pantai populer ini terletak pada warna air di bibir pantai yang dapat berubah seiring perubahan waktu.

6. Makam Keramat

Sebuah kampung di Desa Sajira Mekar, Kecamatan Sajira di kelilingi ribuan malam. Namun, yang paling terkenal karena sering di kunjungi para peziarah adalah makam keramat Prabu Dalem Hadi dan Prabu Dalem Wong Sagati.

Kedua makam tersebut di yakini sebagai persemayaman tokoh yang masih berhubungan dengan Prabu Siliwangi, raja pertama Kerajaan Pajajaran, dan Prabu Kian Santang, putra Prabu Siliwangi. Kedua prabu ini di percaya sebagai penyebar agama Islam di daerah Sajira.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *