6 Fakta Kabupaten Gowa Identik dengan Sejarah

ISTANAGOALLOUNGE  Gowa merupakan kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan. Kabupaten ini berbatasan dengan Kota Makassar dan Kabupaten Maros di sebelah utara serta berbatasan Kabupaten Takalar dan Jeneponto di sebelah selatan.

Wilayah Kabupaten Gowa terbagi menjadi 18 kecamatan dengan total luas wilayah 1.883,32 kilometer persegi. Sebagian besar wilayahnya merupakan dataran tinggi yang tersebar di sembilan kecamatan yaitu Parangloe, Manuju, Tinggimoncong, Tombolo Pao, Parigi, Bungaya, Bontolempangan, Tompobulu, dan Burungbulu.

Pada 2020, jumlah penduduk Kabupaten Gowa sebanyak 765.836 ribu jiwa yang di dominasi oleh Suku Konjo Pegunungan. Warga biasa menggunakan bahasa Makassar dalam keseharian. Lokasinya yang berdekatan dengan Kota Makassar membuat Kabupaten Gowa menjadi daerah pengembangan perumahan dan permukiman.

Tentunya, masih banyak hal-hal menarik lainnya yang dapat di telusuri dari Kabupaten Gowa. Berikut enam fakta menarik.

1. Jejak Kerajaan Gowa

Sejarah Kabupaten Gowa lekat dengan sejarah Kerajaan Gowa. Kerajaan itu di di rikan pada 1320 oleh Kasuwiyang-Kasuwiyang, sebutan sembilan kerajaan kecil yang sebelumnya menguasai daerah tersebut.

Sejak kerajaan berdiri, banyak pencapaian yang di dapatkan Kerajaan Gowa, antara lain perluasan kerajaan yang hampir meliputi seluruh Sulawesi Selatan dan perjuangan Sultan Hasanuddin mempertahankan perdagangan di laut lepas dari VOC.

Pada 1667 di buatlah Perjanjian Bongaya (Cappaya ri Bungaya) yang ternyata merugikan Kerajaan Gowa. Setelah hampir 16 tahun melawan penjajah, Sultan Hasanuddin melepaskan jabatannya pada 1669.

Selama perkembangan sistem pemerintahan Indonesia, kabupaten ini juga mengikuti perubahannya sesuai dengan keputusan pemerintah, salah satunya pada 1957 kabupaten ini di tetapkan sebagai daerah tingkat II setelah pembubaran Daerah Indonesia Bagian Timur berdasarkan UUDS tahun 1950 dan Undang-Undang Darurat No. 2 Tahun 1957.

2. Batu Pallantikang

Batu Pallantikang atau Batu Pelantikan Raja merupakan tempat pelantikan raja-raja Gowa. Dan batu ini terletak di sebelah tenggara Kompleks Pemakaman Tamalate. Batu Pallantikang ini juga di kenal sebagai batu Tomanurung.

Dahulu, setiap raja Gowa yang memerintah bersumpah di atas batu. Batu Pallantikang ini merupakan batu asli yang terbuat dari batu andesit yang di apit oleh dua batu kapur. Masyarakat setempat meyakini, batu andesit merupakan batu dari dewa kayangan.

3. Air Terjun 3 Kerajaan dan Sungai Terbesar

Wilayah Gowa di lalui banyak sungai yang potensial menjadi sumber tenaga listrik dan pengairan. Sungai terbesarnya adalah Sungai Jeneberang yang juga sungai terbesar se-Sulawesi Selatan dengan luas 881 kilometer persegi dan panjang mencapai 90 km.

Pemerintah Kabupaten Gowa bekerja sama dengan Jepang pada 1992 membangun proyek DAM bili-bili seluas 2.415 kilometer persegi di atas Sungai Jeneberang. Pembangunan ini di fungsikan untuk menyediakan air irigasi, konsumsi air bersih untuk Kabupaten Gowa dan Makassar, serta untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air.

Gowa juga memiliki Air Terjun Bantimurung Gallang yang terletak di Kecamatan Tombolopao, Kabupaten Gowa. Terdapat dua sumber air terjun yang di kelilingi dengan pemandangan alam yang hijau. Tinggi air terjun ini mencapai delapan meter yang di kelilingi tebing.

Menurut sejarah, air terjun ini sudah ada sejak tiga kerajaan masih berdiri di Gowa, yaitu Kerajaan Ballasuka, Kerajaan Pao, dan Kerajaan Lombo. Pada zaman penjajahan Belanda, air terjun ini di jadikan tempat eksekusi bagi masyarakat yang melanggar hukum adat. 

4. Perkebunan Teh

Jika perkebunan teh tidak hanya di miliki oleh Provinsi Jawa Barat saja, Kabupaten Gowa di Sulawesi Selatan ini juga memiliki perkebunan teh. Perkebunan Teh Malino Highland terletak di Kelurahan Malino, Kecamatan Tinggimoncong.

Daerah Malino ini, di hiasi oleh pemandangan gunung, batu gamping, dan pinus. Luas perkebunan mencapai 200 hektare. Tempat ini menjadi salah satu destinasi wisata dari Kabupaten Gowa.

5. Tari Kipas Pakarena

Tari Kipas Pakarena biasanya di tampilkan dalam pada acara-acara yang bersifat menghibur serta sebagai pelengkap dalam upacara adat. Penampilan Tari Kipas Pakarena di mainkan oleh lima hingga tujuh orang dengan menggunakan pakaian adat. Alat musik yang di gunakan untuk mengiringi tarian ini yaitu Gondrong Rinci, perpaduan antara genderang dan seruling.

Berdasarkan mitos, tari ini berasal dari momen perpisahan antara menghubungi negeri kayangan dengan penghuni bumi. Penghuni negeri kayangan mengajarkan cara bertahan hidup melalui gerakan badan dan kaki sebelum perpisah. Oleh warga Bumi, gerakan ini di gunakan untuk mengungkapkan rasa syukur.

6. Makanan Khas

Makanan yang terkenal di Kabupaten Gowa yaitu Coto. Dahulu, kuliner ini merupakan simbol dari kebesaran Raja Gowa.

Kuliner coto berisi daging sapi dengan kuah rempah yang gurih. Walaupun coto identik dengan Makassar, wilayah yang berbatasan dengan Makassar memungkinkan memiliki makanan khas yang sama.

Hidangan ini pertama kali di sajikan pada 1538 untuk hidangan kepada keluarga Kerajaan Gowa dan untuk menyambut tamu kerajaan. Setelah sistem kerajaan runtuh, hidangan coto berkembang karena banyak masyarakat yang penasaran dengan rasanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *