3 Fakta Menarik Bantaeng

IstanaGoalLounge  – Bantaeng menjadi salah satu kabupaten dari Provinsi Sulawesi Selatan. Letaknya berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan Kabupaten Bulukumba di sebelah utara serta berbatasan dengan Laut Flores di sebelah selatan. Kabupaten Bantaeng memiliki luas wilayah sebesar 395,83 kilometer persegi yang terbagi ke dalam delapan kecamatan yaitu Uluere, Bantaeng, Sinoa, Bissappu, Tompobulu, Eremerasa, Gantarangkek, dan Pajukukang. Pada 2020, penduduk di kabupaten ini berjumlah 196.716 jiwa, dengan kelompok umur tertinggi berada pada umur 10-14 tahun. berikut 3 Fakta Menarik Bantaeng

3 Fakta Menarik Bantaeng

1. Asal-usul Nama Bantaeng

Terbentuknya Bantaeng tidak lepas dari sejarah Komunitas Onto.

Dulunya, daerah Bantaeng berupa lautan seperti di tuturkan salah satu generasi penerus dari Kerajaan Bantaeng, Karaeng Imran Masualle.

Daerah daratannya hanya terletak di daerah Onto, Sinoa, Bisampole, Gantarang Keke, Mamampang, Katapang, dan Lawi-Lawi.

Masing-masing daerah tersebut di pimpin oleh Kare. Mereka akhirnya bersepakat untuk mengangkat satu orang sebagai pemimpin mereka.

Sebelum mencapai kesepakatan, mereka bertapa di daerah Onto untuk meminta petunjuk dari Dewata (Yang Maha Kuasa).

Pertapaan tersebut kini bernama Balla Tujua yang berupa rumah kecil dengan atap, dinding, dan tiang bambu.

Setelah mendapatkan wahyu, mereka di minta untuk mencari tempat pemandian yang terbuat dari bambu di daerah Onto.

Bertemulah mereka dengan seorang lelaki yang sedang mandi dan mereka menyebutnya To Manurunga ri Onto.

Para Kare maminta Tomanurung untuk menjadi pemimpin dan Tomanurung ri Onto menyanggupinya.

Ketika Tomanurung ri Onto memandang ke segala arah, wilayah laut berubah menjadi daratan.

Selanjutnya, Para Kare dan Tomanurung ri Onto berangkat ke Gamacayya dan bernaung di bawah pohon.

Tomanurung ri Onto kemudian bertanya kepada para kare apa nama pohon tersebut.

Kare Bisampole mengatakan bahwa pohon tersebut bernama Pohon Taeng sembari memandangi para Kare lainnya.

Para Kare menjawab “ba” yang menurut bahasa daerah setempat berarti membenarkan.

Sejak saat itu, daerah ini di sebut Bantaeng dari data Ba dan Taeng.

Konon, daerah Onto merupakan daerah sakral dan perlindungan bagi keturunan raja Bantaeng ketika mendapat masalah yang besar.

Namun sejak adanya kebijakan pemda yang melakukan tata ruang, wilayah sakral hanya menjadi sejarah.

2. Makam Raja-Raja La Tenri Ruwa

Makam raja-raja La Tenri Ruwa ini merupakan kompleks pemakaman yang terletak di Kecamatan Bantaeng.

Nama kompleks pemakaman ini di ambil dari nama Raja Bone ke-16 La Tenri Ruwa yang makamnya juga berada di kompleks pemakaman tersebut.

La Tenri Ruwa adalah seorang Raja Bone pertama yang memeluk agama Islam setelah di ajak oleh Raja Gowa ke-14, Mangerangi Daeng Manrabbia Sultan Alauddin.

Namun, keputusan Raja Bone ke-11 tidak di setujui oleh Arung Puti (anggota adat) sehingga ia di turunkan tahtanya dan meninggalkan Bone.

La Tenri Ruwa kemudian menetap di Bantaeng.

Di dalam kompleks pemakaman terdapat sekitar 159 buah bangunan makam dengan beberapa tipe makam.

Salah satunya makam yang menggunakan teknik susun timbun tanpa batu nisan yang berukuran 3,05 – 3,6 meter.

Tipe nisan pada komplek ini yaitu tipe gada, ujung tombak, dan papan.

Uniknya, bahan baku bangunan makam pada kompleks ini terbuat dari batu karang.

Ada pula yang menggunakan batu padas, batu bata, dan batu kapur yang menggunakan perekat.

3. Masjid Besar Taqwa Tompong

Masjid Besar Taqwa Tompong terletak di Jalan Bete-bete Dusun Tompong, Kecamatan Bantaeng.

bangunan ini memiliki bentuk tumpang tiga pada atapnya. Bangunan intinya terdiri dari penampil dan tubuh masjid.

Pada dinding sebelah utara, selatan, dan barat terbuat dari tembok yang memiliki ventilasi udara dan roster porselen berwarna hijau.

Sementara, pada dinding sebelah timur yang terdiri dari empat pilar bergaya arsitek Eropa.

Menurut sejarah, Masjid Besar Taqwa Tompong di bangun atas perintah Raja Bantaeng Karaeng Panawang pada abad ke-12.

Dulunya, masjid kuno ini bermula dari sebuah Langgar yang akhirnya di jadikan tempat sebagai penyebaran agama Islam.

Seorang dermawan, La Bandu turut membantu pembangunan tempat ini.

Demi perkembangan, langgar yang berdiri pada 1887 – 1913 mulai di renovasi dan di tingkatkan fungsinya menjadi masjid.

Renovasi dilakukan dengan mendatangkan seorang arsitek dari Kabupaten Bone yang bernama La Pangewa.

Sarri Segera Latih Lazio, Minta Datangkan Pemain Chelsea Ini
PREDIKSI TOGEL SINGAPORE

Ikutin Terus Prediksi Togel Terupdate
IstanaGoalLounge

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *