ISTANAGOALLOUNGE – Probolinggo merupakan daerah di Provinsi Jawa Timur yang terletak sekitar 100 km sebelah tenggara Surabaya, berbatasan dengan Selat Madura. Berdasarkan jumlah penduduk, Kota Probolinggo merupakan kota terbesar keempat di Jawa Timur setelah Surabaya, Malang, dan Kediri. Pada 2018, jumlah penduduk kota ini sebanyak 235.0211 jiwa. Kota ini terletak di wilayah Tapal Kuda, Jawa Timur dan menjadi jalur utama pantai utara yang menghubungkan Pulau Jawa dengan Pulau Bali. berikut 5 Fakta Menarik Probolinggo
5 Fakta Menarik Probolinggo
1. Asal-usul Nama Probolinggo
Pada zaman Pemerintahan Hayam Wuruk, raja Majapahit IV (1350-1389), Probolinggo di kenal dengan nama “Banger”, nama sungai yang mengalir di tengah daerah Banger ini.
Nama Banger di kenal dari buku Negarakertagama yang di tulis Empu Prapanca.
Pada 1743 seluruh daerah Banger berada dalam penguasaan VOC, untuk memimpin pemerintahan di Banger.
Pada 1746 VOC mengangkat Kyai Djojolelono sebagai Bupati Pertama di Banger.
Namun, pada 1768 Kyai Djojolelono menyadari politik adu domba VOC kemudian menyingkir, meninggalkan istana dan jabatannya sebagai Bupati Banger dan memilih untuk mengembara.
Sebagai pengganti, kompeni kemudian mengangkat Raden Tumenggung Djojonegoro sebagai Bupati Banger II.
Nama Banger kemudian di ubah oleh Tumenggung Djojonegoro pada 1770 menjadi “Probolinggo”.
Dalam bahasa Sanskerta “Probo” berarti sinar, sedangkan “Linggo” berarti tugu, badan, tanda peringatan atau juga tongkat.
Dengan demikian, Probolinggo berarti sinar yang berbentuk tugu, gada atau tongkat.
Nama tersebut kemungkinan merujuk pada penggambaran cerita kuno, yaitu jatuhnya sebuah benda bercahaya atau meteor.
Tempat jatuhnya benda tersebut oleh raja-raja dahulu di pilih sebagai tempat untuk mendapatkan perdamaian dan mengakhiri perselisihan.
2. Gunung Bromo
Banyak yang mengira bahwa kawasan Gunung Bromo sepenuhnya termasuk dalam wilayah kabupaten Malang.
Padahal, Gunung Bromo notabenenya masuk dalam empat wilayah kabupaten sekaligus yakni Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Lumajang, dan Kabupaten Malang.
Gunung Bromo merupakan gunung berapi yang masih aktif di Jawa Timur dengan ketinggian 2.329 meter di bawah permukaan laut (mdpl).
Rute yang di tempuh untuk menuju puncaknya terbilang mudah dan tidak berbahaya, untuk mendakinya, wisatawan akan di mudahkan dengan adanya sekitar 250-an anak tangga.
Asal nama Gunung Bromo dari Brahma, yakni salah satu dewa di agama Hindu. Dalam bahasa Tengger dieja sebagai Brama.
Di Bromo juga terdapat tradisi unik yakni upacara Yadnya Kasada, yang di lakukan rutin setiap 14 dan 15 pada bulan 10 (Kasodo) menurut penanggalan Jawa.
Upacara ini merupakan wujud syukur kepada Sang Hyang Widhi (Tuhan yang Maha Esa dalam agama Hindu) dengan mengorbankan sebagian hasil sawah, ladang, dan ternak masyarakat sekitar dengan melemparkannya ke kawah Gunung Bromo.
3.Suku Tengger
Suku Tengger adalah suku asli yang mendiami wilayah Gunung Bromo yang biasa dipanggil dengan Orang Tengger.
Nama Tengger di ambil dari nama tokoh legendaris yang di anggap sebagai leluhurnya, yakni Teng dari akhiran nama Roro Anteng dan Ger dari akhiran nama Joko Seger.
Masyarakat Suku Tengger percaya bahwa suku tersebut adalah keturunan Roro Anteng dan Joko Seger.
Suku Tengger merupakan keturunan dari Kerajaan Majapahit. Umumnya, masyarakat Tengger memeluk agama Hindu.
Sehari-harinya mereka, baik laki-laki maupun perempuan memakai sarung.
Selain berfungsi untuk melindungi tubuh dari udara dingin pegunungan, sarung juga dipercaya berfungsi untuk mengendalikan perilaku dan ucapan masyarakat.
4. Punya Tarian Khas
Probolinggo tarian tradisional khas bernama Tari Glipang yang menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat saat masa penjajahan.
Tari ini memiliki gerakan yang memadukan beberapa tari antara lain gerakan pada tarian Topeng Ghetak Madura, Rudhat, Seni Hadrah, samman, dan pencak silat.
Menurut beberapa sumber, Tari Glipang di ciptakan oleh seorang pemuda asal Madura bernama Seno Truno yang datang dan tinggal di Desa Pendil, Kabupaten Probolinggo.
Sebelumnya, Seno bekerja sebagai mandor di sebuah pabrik gula milik Belanda.
Tetapi, karena dirinya diperlakukan sewenang-wenang oleh kolonial Belanda, Seno memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya itu.
Setelah itu, ia menciptakan sebuah tarian tradisional sebagai bentuk perlawanannya terhadap Kolonial Belanda.
Tarian itulah yang kemudian diberi nama Tari Glipang. Kesenian ini lalu di turunkan dari generasi ke generasi sehingga menjadi sebuah tradisi.
Sampai sekarang Tari Glipang sering di pentaskan di berbagai acara seperti resepsi, hajatan, hingga acara-acara besar lainnya
5. Punya Patung Kuda Terbesar Kedua di Dunia
Kota Probolinggo mempunyai ikon baru yaitu patung kuda Cipta Wilaha berukuran raksasa.
Patung itu terletak di kawasan wisata hutan mangrove BJBR (BeeJay Bakau Resort),
tepatnya di Pelabuhan PPI Provinsi Jawa Timur, di Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Mayangan, Kota Probolinggo.
Patung tersebut mendapat pengakuan rekor Muri sebagai patung kuda tertinggi di Indonesia bahkan Asia, dan secara global menjadi yang tertinggi nomor dua di dunia setelah Turki.
Patung ini memiliki tinggi 11,5 meter dan panjangnya 12 meter yang terinspirasi dari sosok kuda Troya pada legenda Yunani Kuno.
Material yang di gunakan di sekujur tubuh patung kuda ini merupakan potongan kayu pohon kelapa, dengan pondasi beton dan kerangka baja.
Pengunjung juga bisa masuk ke dalam patung raksasa ini karena di dalam patung tersebut terdapat dua lantai untuk pengunjung berfoto-foto.
Lantai pertama berada pada perutnya dan lantai kedua berada pada punggungnya.
Di dalamnya mampu menampung sekitar 300-400 orang pengunjung.