6 Fakta Menarik Dharmasraya

IstanaGoalLounge – Dharmasraya adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Barat. Wilayahnya berbatasan dengan Kabupaten Sawahlunto, Sijunjung, dan Kuantan Singingi di sebelah utara, dan Kabupaten Bungo dan Kerincidi sebelah selatan. Sementara, di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Tebo dan Bungo, serta di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Solok dan Solok Selatan. berikut 6 Fakta Menarik Dharmasraya

6 Fakta Menarik Dharmasraya

1. Kompleks Candi Padang Roco

Dharmasraya menjadi pusat Kerajaan Malayu pada periode 1286–1347 Masehi.

Salah satu buktinya adalah keberadaan Kompleks Candi Padang Roco yang terletak di Jorong Sungai Langsek, Kenagarian Siguntur, Kecamatan Sitiung.

Padang Roco di bangun pada era agama Buddha. Candi ini terdiri dari empat bagian, yaitu Candi Padang Roco I, II, III, dan IV.

Candi Padang Roco I merupakan candi induk yang berukuran 21×21 meter dengan tangga masuk pada keempat sisinya.

Sedangkan, Candi Padang Roco II memiliki tinggi bangunan yang tersisa, yaitu 1,28 cm, dengan pintu masuk dan tangga yang menghadap sisi barat.

Candi Padang Roco III terdiri dari tiga undakan, undakan pertama berada di paling atas dengan ukuran 2×2 meter.

Tinggi bangunan yang tersisa hanya tujuh lapis bata. Candi Padang Roco IV masih berupa reruntuhan di belakang Candi Padang Roco II.

Untuk mencapai candi ini, pengunjung perlu menggunakan rakit karena terletak di sebuah pulau yang di pisahkan oleh Sungai Dareh.

2. Prasasti Amoghapasa

Prasasti Amoghapasa ditemukan di Jorong Sungai Langsek, Kecamatan Sitiung,

sekitar tujuh meter dari Sungai Batanghari yang dipahatkan pada belakang Arca Amoghapasa.

Arca Amoghapasa merupakan hadiah dari Raja Kertanegara untuk Raja Tri Bhuwana Mauliwarmadewa, Raja Malayu Dharmasraya pada 1286.

Prasasti ini di tulis oleh Raja Adityawarman, Raja Malayu sesudah Raja Tri Bhuwana Mauliwarmadewa, dengan menggunakan aksara Jawa kuno sebanyak 27 baris.

Secara garis besar, prasasti ini berisi mengenai pembangunan kembali bangunan suci yang rusak dan.

pendirian sebuah arca Budha yang bernama Gaganagañja yang merupakan nama lain dari Amoghapasa.

Pada prasasti juga tertulis tentang ritual kepada raja di sebuah bangunan suci budha.

Selain itu, di uraikan pula agama sang raja yaitu Buddha Mahayana aliran Tantrayana.

3. Makam Raja-Raja Siguntur

Makam yang terletak di Kecamatan Sitiung ini merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Siguntur.

Selain di gunakan untuk makam para raja Siguntur, area pemakaman ini juga digunakan sebagai makam keluarga kerajaan.

Di area pemakaman ini, terdapat pula Masjid Tua Siguntur, Candi Awang Maombiak,

Kompleks Candi Padang Roco, Kompleks Candi Pulau Sawah, dan Rumah Gadang Kerajaan Siguntur.

Lokasinya terletak di pinggir Sungai Batanghari, sebelah utara Masjid Tua Siguntur, Kecamatan Sitiung.

Kompleks pemakaman ini memiliki luas 40 x 24,5 meter yang di perkirakan terdiri dari 12 buah makam.

Bangunan makam terbuat dari bata berspesi batu yang direkatkan dengan menggunakan semen.

Sebagian besar makam di kompleks ini tidak memiliki nisan. Jika bernisan, makam tersebut terbuat dari batu kali non-artifisial.

4. Gua Cigak

Gua Cigak yang di kenal juga sebagai monkey cave atau Cigak cave berada di Kampung Surau, Pulau Punjung, sekitar 30 kilometer dari pusat kota. 

Situs ini menghadirkan pemandangan stalakmit dan stalaktit.

Selain itu, dengan kondisi alamnya yang masih asri, dapat di temukan pula air segar yang jernih di sekitar gua.

Di dalam gua terdapat aliran sungai bawah tanah. Hadir pula kawanan kera jinak di sekitar Gua Cigak.

5. Tari Toga

Tari Toga merupakan warisan dari Kerajaan Siguntur. Namanya berasal dari kata Togaan yang di ambil dari bahasa daerah Siguntur,

yang berarti larangan. Tarian ini menceritakan Sutan Elok yang baik hati mati di tanduk kerbau.

Tari Toga terdiri dari penari, pendendang, dan pemusik yang masing-masing berjumlah enam orang.

Untuk melengkapi tarian ini, di butuhkan seorang raja, hulubalang, dayang-dayang, dan terdakwa. 

Alat musik yang di gunakan yaitu momongan, kemong, gong, canang, dan gandang.

6. Makanan Tradisional

Makanan tradisional Dharmasraya salah satunya bernama lompong sagu.

ini terbuat dari sagu yang di campur dengan pisang dan kelapa. Ada pula yang mencampurkannya dengan santen dan gula aren.

Adonan tadi kemudian di bungkus dengan menggunakan daun pisang, lalu dibakar, mirip nagasari.

Olahan lompong sagu ini memiliki rasa manis dan gurih. Makanan ini banyak di temui di Kecamatan Pulau Punjung. 

Sarri Segera Latih Lazio, Minta Datangkan Pemain Chelsea Ini
PREDIKSI TOGEL SINGAPORE

Ikutin Terus Prediksi Togel Terupdate
IstanaGoalLounge

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *