IstanaGoalLounge Banjar merupakan nama kabupaten yang berada di Provinsi Kalimantan Selatan. Dari kabupaten ini berbatasan dengan Kota Banjarbaru dan Kabupaten Tanah Laut di sebelah selatan serta Kota Banjarmasin dan Kabupaten Barito Kuala (Batola) di sebelah barat.
Kabupaten Banjar memiliki wilayah terluas ketiga di Kalsel, setelah Kotabaru dan Tanah Bumbu, dengan luas 4.668,50 kilometer persegi. Kabupaten ini terbagi menjadi 20 kecamatan dengan jumlah penduduk sebanyak 565.635 jiwa pada 2020.
Banjar beribu kota di Martapura. Letak dari kabupaten ini di nilai strategis karena merupakan lokasi trans Kalimantan serta dekat dengan rencana pusat pemerintahan Provinsi Kalsel. Kabupaten ini juga di sebut sebagai penyangga dari Kota Banjarmasin dan calon wilayah Metropolitan Banjar Bakula.
1. Wisata Pasar Terapung
Seperti di Banjarmasin, Anda juga bisa menemukan pasar tradisional yang melayani konsumennya langsung di atas sungai. Lokasi pasar terapung itu berada di Desa Sungai Pinang (Lok Baintan), Kecamatan Sungai Tabuk. Karena itu, pasar di namai Pasar Terapung Lok Baintan.
Sejarah pasar ini sudah di mulai sejak zaman Kesultanan Banjar. Warga setempat mempertahankannya sebagai warisan budaya.
Penjual menggunakan perahu khas bernama jukung sebagai alat transportasi utama. Sistem jual beli di sini juga masih mempertahankan sistem barter, yang berarti mata uang bukanlah alat pembayaran utama dari pasar ini.
Karena keunikannya, banyak wisatawan datang untuk mencoba pengalaman jajan di pasar tradisional ini. Pasar Terapung Lok Baintan juga telah di nobatkan oleh Pemerintah Pusat Banjarmasin sebagai destinasi wisata nasional.
2. Makam Sultan Adam Al-Watsiq
Makan Sultan Adam Al-Watsiq berada di Kelurahan Jawa Matapura. Sang sultan merupakan raja Kerajaan Banjar yang memerintah selama 32 tahun.Semasa memerintah, ia di kenal sebagai sultan yang alim, dekat dengan ulama, dan memperjuangkan kejayaan Islam untuk kehidupan masyarakat.
Kepribadian tersebut merupakan hasil tempaan selama menimba ilmu agama kepada penasihat kerajaan, Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Syekh Muhammad Arsyad juga menjadi penasihat Sultan Tahmidillah bin Sultan Tamjidillah hingga masa Sultan Sulaiman bin Sultan Tahmidillah.
3. Masjid Sejak Zaman Penjajahan Belanda
Masjid Agung Al-Karomah di di rikan pertama kali ketika masa penjajahan Belanda pada 1897. Pada masanya, masjid ini di namai Masjid Jami’ Martapura. Bangunan masjid menggunakan kayu untuk dinding dan lantai masjid. Atapnya di hiasi atap tumpang berbentuk limas segi tempat yang meruncing seperti kerucut.
Arsitektur masjid ini mengikuti bentuk dari Masjid Agung Demak. Sejarahnya, Kerajaan Banjar dahulu berubah menjadi kesultanan karena usaha dari utusan dan ulama Kerajaan Demak yang bernama Khatib Dayan.
Masjid Agung Al-Karomah sudah di renovasi tiga kali. Benda yang masih asli hanya soko guru dan mimbar masjid. Pada 2003, masjid ini berubah nama menjadi Masjid Agung Al-Karomah.
4. Rumah Adat Banjar Legendaris
Rumah adat khas Banjar ini terletak di Desa Teluk Selong, sekitar 3,2 kilometer dari Kota Martapura. Bangunan itu di dirikan pada 1811 oleh H. M. Arif dan istrinya Hj. Fatimah. Meski sudah berusia ratusan tahun, kondisinya terpelihara dengan baik.
Terdapat dua rumah adat banjar, yaitu Rumah Adat Banjar Gajah Baliku dan Rumah Adat Banjar Bubungan Tinggi. Interior yang menghiasi rumah adat ini merupakan ukiran khas Banjar. Keseluruhan bangunan ini menggunakan kayu ulin yang di kenal sebagai kayu solid tahan banting.
Bangunan yang memanjang lurus ke depan merupakan bangunan induk. Sedangkan, bangunan yang menempel pada sisi kanan dan kiri di sebut sebagai Anjung. Atapnya yang memanjang ke belakang di sebut sebagai Atap Hambin Awan. Bubungan atap yang memanjang ke depan di sebut Atap Sindang Langit, sementara atap tinggi melancip di sebut Bubungan Tinggi.
Awalnya, bangunan ini hanya di gunakan sebagai bangunan istana atau keraton. Seiring waktu, model bangunan ini di contoh oleh masyarakat sebagai desain rumah mereka.
5. Pengrajin Batu Mulia
Lokasi pengrajin batu mulia ini terletak di Martapura yang terkenal sebagai tempat mencari batu hias. Ketenaran ini tidak luput dari kekayaan alam wilayah setempat yang berupa mineral yang di dalamnya terdapat batu mulia. Jika diolah dapat menghasilkan perhiasan.
Batu mulia yang terdapat di wilayah ini beragam, seperti batu akik berjenis kecubung, safir, dan batu merah delima. Harga yang di tawarkan mulai dari Rp5 ribu dan dapat di tawar. Wisatawan kerap membelinya sebagai oleh-oleh.
6. Danau Biru
Danau ini merupakan bekas galian tambang. Dan danau yang bernama Danau Parta atau Paring Tali atau lebih di kenal sebagai Danau Biru Pengaron. Lokasinya terletak di Desa Paring Tali, Kecamatan Simpang Tempat.
Tidak hanya danau yang berisi air, danau ini di lengkapi dengan tebing dengan garis-garis horizontal. Perlu di ingat, danau ini tidak di peruntukkan untuk berenang karena airnya beracun.
Danau Biru ini tidak terlalu luas seperti danau-danau pada umumnya. Warna air yang biru akan lebih indah jika terkena pantulan sinar matahari. Lokasi ini pas untuk berfoto karena keindahan danaunya yang Instagramable.