Kabupaten ini juga termasuk dalam kawasan metropolitan Surabaya, yakni Gerbangkertosusila (Gresik–Bangkalan–Mojokerto–Surabaya–Sidoarjo–Lamongan).
Kabupaten seluas 1.812,80 km persegi ini berpenduduk 1.373.390 jiwa pada 2019.
Nama Lamongan identik dengan Soto Lamongan. Soto ini punyai ciri khas koya udang yang membedakannya dengan soto lainnya.
Berkat rasanya yang lezat, Soto Lamongan terkenal di seluruh Indonesia. Selain soto, Kabupaten Lamongan juga di kenal sebagai penghasil padi, jagung dan kedelai terbesar di Jawa Timur. Bahkan pada 2017, mereka mengalami surplus produksi padi, jagung dan kedelai atau pajale.
Mereka juga memproduksi sarung yang tak hanya di jual di dalam negeri tapi sampai di ekspor ke luar negeri.
Kerajinan yang di gerakkan sekitar 28 pelaku usaha di Kecamatan Paciran dan Maduran ini bahkan hasil produksinya sampai masuk empat besar di Jawa Timur, sebagai penghasil sarung dengan jenis sarung tenun. Pemerintah setempat melalui Dinas Koperasi dan UMKM terus berupaya memberikan pelayanan terbaik kepada para perajin sarung, seperti mempermudah perizinan, memberikan pelatihan, dan menyokong dana bagi mereka.
1. Asal usul nama
Nama Lamongan di ketahui berasal dari nama seorang tokoh pada masa lalu.
Dulu ada seorang pemuda bernama Hadi. Ia di berikan sebutan Mbah Lamong oleh rakyat daerah ini.
Di rinya pandai mengemong rakyat, pandai membina daerah, mahir menyebarkan ajaran agama Islam, dan di cintai oleh seluruh rakyatnya. Dari sebutan Mbah Lamong inilah kawasan tersebut kemudian di sebut Lamongan.
2. Lokasi tenggelamnya Kapal Van der Wijck
Tenggelamnya Kapal Van der Wijck pada 20 November 1936 menjadi kisah yang terkenal di masyarakat Indonesia.
Peristiwa tersebut juga mengilhami novel berjudul sama yang di tulis Buya Hamka dan telah diangkat ke layar lebar pada 2013.
Namun, belum banyak yang tahu bahwa lokasi tenggelamnya kapal ini ternyata berada di Lamongan, tepatnya di perairan Brondong. Melihat kapal itu tenggelam, warga Brondong, berbondong-bondong menolong sehingga penumpang kapal selamat.
Berkat pertolongan itu, kini di depan kantor pengelola Pelabuhan Brondong, Lamongan, berdiri sebuah Monumen Kapal Van der Wijck. Monumen itu merupakan bentuk terima kasih bangsa Belanda kepada warga Brondong untuk mengenang jasa-jasa mereka.2 dari 5 halaman
3. Pantai Kutang
Di Lamongan, tepatnya di Desa Labuhan ada pantai yang namanya cukup unik, yakni Pantai Kutang.
Nama tersebut di berikan karena dahulu masyarakat setempat sering menemukan kutang yang tersangkut di pohon mangrove pantai tersebut.
Terlepas dari namanya itu, pantai ini menyimpan keindahan alam yang eksotis. Pantai Kutang memiliki hamparan pasir berwarna putih. Terdapat pula pohon-pohon mangrove di tepian pantainya. Di pantai ini tersedia beberapa spot foto yang Instagramable seperti ayunan di pantai dan jembatan kayu panjang.
4. Mitos pantang makan lele
Pecel lele Lamongan termasuk kuliner yang sering di jumpai di Indonesia.
Di tempat asalnya, ternyata warga asli Lamongan, terutama warga Desa Medang, pantang untuk mengonsumsi ikan lele. Mitosnya warga yang nekat mengonsumsi lele bisa gatal-gatal di sekujur tubuh hingga muncul bercak-bercak putih seperti ikan lele.
Ada berbagai versi cerita latar belakang mitos tersebut.
Salah satunya di ceritakan kalau Sunan Giri bertamu ke rumah seorang wanita di daerah Glagah, Lamongan. Salah satu pusakanya ternyata tertinggal di rumah itu. Ia kemudian mengutus Boyopatih untuk mengambilnya.
Boyopatih memutuskan menyamar menjadi kucing untuk mengambil pusaka. Mbok Rondo pun menyadari hal itu dan meneriaki maling, sehingga ia di kejar oleh penduduk sekitar.
Boyopatih kemudian menceburkan di rinya ke kolam lele dan penduduk kehilangan jejaknya. Boyopatih merasa di selamatkan oleh ikan-ikan lele di kolam, kemudian bersumpah melarang anak turunannya untuk mengonsumsi lele.3 dari 5 halaman
5. Wingko Babat
Banyak orang mengenal wingko babat sebagai salah satu oleh-oleh khas Semarang. Ternyata, wingko babat sebenarnya adalah camilan khas masyarakat Kecamatan Babat, Lamongan.
Wingko babat terbuat dari kelapa muda, tepung beras ketan, dan gula. Biasanya berbentuk bundar dan di bungkus menggunakan kertas.
Seiring perkembangan zaman, wingko babat kini tersedia dalam berbagai rasa. Salah satu produsen Wingko Babat paling terkenal adalah Loe Lan Ing yang bisa Anda kunjungi di Jalan Raya Babat No. 189.
6. Tradisi wanita melamar pria
Biasanya pihak pria mengunjungi pihak wanita untuk melakukan lamaran. Namun, di Lamongan, justru sebaliknya. Setelah pihak wanita melamar, pihak pria membalas kunjungan sambil memberikan jawaban. Kedua belah pihak kemudian menyepakati waktu pernikahan.
Tradisi ini konon sudah terjadi turun temurun sejak masa pemerintahan Raden Panji Puspokusumo, penguasa Lamongan.
Di kisahkan, ia memiliki dua pangeran kembar yang memiliki hobi menyabung ayam. Suatu hari, kedua pangeran itu mengikuti sabung ayam di daerah Wirosobo. Ketampanan mereka membuat dua putri kembar raja Wirosobo langsung jatuh cinta pada pandangan pertama.
Kendati di anggap melanggar norma pada waktu itu, desakan dari dua putri tersebut membuatnya berani melanggar norma. Raja Wirosobo akhirnya melamar kedua pangeran kembar penguasa Lamongan itu. Sejak itulah perempuan melamar pria menjadi tradisi.
Meski begitu, semua calon mempelai pria harus memberikan seserahan lebih untuk wanita.
Tujuannya, supaya pria tidak menggantungkan hidupnya kepada wanita karena bisa di anggap turun derajatnya di hadapan masyarakat.